;

Wednesday, July 31, 2013

Cara Ternak Jangkrik Dengan Langkah-langkah yang Tepat

Wednesday, July 31, 2013

Bagi sebagian orang jangkrik merupakan hewan yang menjijikan atau menggelikan, namun ditangan para pecinta burung ocehan jangkrik adalah binatang yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pakan burung kesayangannya yang dapat meningkatkan kualitas suara burung tersebut. 
Hal itu dapat menyebabkan meningkatkan harga jangkrik di pasaran, maka tidak heran dari hasil beternak jangkrik banyak peternak yang berhasil meningkatkan kesejahtraan ekonominya.



cara, ternak, jangkrik, budidaya, beternakUntuk memulai ternak jangkrik bisa dimulai dengan modal yang kecil, karena bahan, perlengkapan, dan kebutuhan ternak lainnya cukup murah dan mudah untuk didapat.

Namun walaupun cukup mudah dilakukan, sebelum beternak atau membudidayakan jangkrik sebaiknya kita harus mengetahui aturan atau langkah-langkah yang baik dan benar dalam melaksanakannya supaya mendapat hasil yang maksimal.

MEMILIH DAN MERAWAT INDUKAN

Induk jangkrik yang paling baik adalah induk jangkrik yang diperoleh dari alam bebas atau hasil pengembangan yang menyerupai alam bebas.

Indukan adalah jangkrik yang siap bertelur/sudah dibuahi. Ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Jangkrik masih terlihat segar.
2. Struktur tubuh masih lengkap terutama masih ada ovipositor, antena, dan lain-lain.
3. Perut jangkrik besar/bunting.
4. Sayap terlihat lebih pendek dari perutnya.

Apabila indukan sudah siap, hal-hal yang perlu kita perhatikan adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan kandang 
b. Keadaan telur yang akan keluar satu per satu dari induk yang bertelur secara periodik selama ±10 hari.
c. Setelah 3 hari, sebaiknya media bertelur diambil dan diganti dengan media yang baru.
d. Apabila perut jangkrik telah kempes, jangkrik akan lemas dan akhirnya induk jangkrik akan mati (±10 hari kemudian).

CARA MENETASKAN TELUR JANGKRIK

Seperti diuraikan pada bab sebelumnya, jangkrik betina akan bertelur bila sudah dewasa, baik dibuahi maupun tidak. Telur jangkrik akan menetas bila telur tersebut dibuahi.

Telur jangkrik yang dikeluarkan melalui ovipositor dan diletakkan di media lembap akan berkembang menjadi Iebih besar dan lambat laun warna telur akan berubah menjadi kekuning-kuningan (tidak mengkilap). Telur akan gagal menetas bila media kena hujan (terlalu basah) atau kekeringan.

Telur akan menetas dalam waktu ± 10 hari dan menjadi nimpa yang berwarna putih. Sepintas tampak seperti semut kecil-kecil. Telur yang gagal menetas berwarna kuning mengkilap.

FAKTOR-FAKTOR KEGAGALAN

Telur-telur jangkrik yang dihasilkan dari induk jangkrik tidak selamanya dapat menetas menjadi nimpa. Hal ini bergantung pada banyak faktor. Selain adanya hewan pemangsa seperti yang telah disebutkan di atas, telur-telur jangkrik yang tidak menetas ini pun dapat ditentukan oleh sebab lain. Adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan telur jangkrik tidak menetas, yaitu:

1. media telur terlalu kering atau terlalu basah,
2. media telur rusak dan telur dimangsa semut,
3. telur dimakan jangkrik lain,
4. media telur rusak oleh hujan yang lebat, dan
5. telur tidak dibuahi.

2. Persiapan Bahan
Bahan-bahan yang harus dipersiapkan sebagai berikut:
a. Kayu reng untuk rangka kandang 
Panjang : 90 cm = 4 buah
                 60 cm = 4 buah
                 30 cm = 4 buah

b. Kayu Bingkai 
Panjang : 70 cm = 2 buah
               60 m = 2 buah

c. Tripleks
Ukuran : 90 cm x 60 cm = 1 buah 
             60 cm x 30 cm =3 buah 
             90 cm x 30 cm =2 buah 
                90 m x 20 cm =1 buah
d. Engsel pintu dua buah
e. Ram kawat, ukuran 60 cm x 70 cm
f. Paku secukupnya
g. Peralatan lain sebagai penunjang

Bagian dalam kandang harus dilumuri dengan tanah liat. Celah¬-celah yang ada ditutup dengan tanah liat (lempung) dengan tujuan agar semut tidak dapat masuk. Selain itu, bagian atas dinding diberi lakban agar licin.

Kandang dirancang berfungsi ganda, yaitu: 
a. pembesaran (sekat bisa dicabut) dan
b. produksi telur.

Isi ruang gerak jangkrik dengan dedaunan untuk persembunyian sekaligus bahan pangan jangkrik seperti,
a. daun jati kering,
b. daun tebu kering,
c. daun jagung kering, dan
d. jerami kering setebal ±10 cm.

Untuk ruang bertelur, kita harus menyiapkan hal-hal sebagai berikut. 
a. Kotak ukuran 25 cm x 10 cm x 5 cm.
b. Kotak tersebut diisi dengan pasir halus yang sudah disterilkan (disangrai/digoreng tanpa minyak).
c. Ratakan ketebalan pasir ± 3 cm.
d. Semprot permukaan pasir hingga basah.
e. Biarkan 2 s.d. 3 hari hingga pasir menjadi lembap
f. Tutup dengan kain strimin yang sudah dibasahkan dengan air tanah liat.
g. Taruh potongan kayu di tepi-tepinya (pada bingkai).
h. Tutup bagian atas dengan kardus 60% bagian. Kini kandang siap dipakai untuk memelihara jangkrik dan menghasilkan telur.
Catatan:
Kotak telur dimasukkan apabila ada jangkrik yang sudah dewasa/kawin.


Pemberian pakan sebaiknya mengikuti aturan berikut.
a. Umur 1-5 hari: zat cair tiap hari.
b. Umur 6-14 hari: zat cair ditambah bubukan tiap hari.
c. Umur 15-25 hari: zat cair 2 hari
d. Umur 26 hari—panen: zat cair 4 hari sekali dan bubukan tiap hari.

Perlu diperhatikan bahwa pemberian zat cair cukup 1/2 sendok makan untuk tiap kotak dan pemberian bubukan cukup 1/4 sendok teh per kotak. Zat cair dapat diperoleh dari waluh/ gambas, jagung sayur, dan sawi yang dicincang.


1. Bahan-Bahan yang Dibutuhkan untuk Membuat Pakan Jangkrik (Bubukan)
a. Jagung: 60%
b. Kedelai: 10%
c. Kacang hijau: 10%
d. Kacang tanah: 10%
e. Beras merah: 10%

2. Cara Membuat Pakan Jangkrik (Bubukan)
a. Sangrai semua bahan selama ±10 menit.
b. Setelah itu giling halus hingga menjadi tepung.
c. Kemudian tepung diramu dengan mencampur bahan-bahan berikut:
1 kg tepung, 1 sendok makan vitamin B 12, 1 sendok makan starbio, tepung daun pepaya dan ketela pohon yang muda kering secukupnya.
Sebagai pelengkap dapat juga dipakai EM 4 (Efektif Mikroba) sebanyak 2 cc dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian semprotkan ke pasir. Anda juga dapat meramu sendiri bubukan dengan melihat dan membandingkan perkembangan jangkrik.

FAKTOR PREDATOR

Hindari predator seperti cecak, laba-laba, dan semut. Caranya, kaki kandang diberi oil,
peietakan kandang jangan menempel pada dinding, jangan terlalu dekat dengan atap (langit¬langit) bila disimpan secara bersusun.

MASA PANEN

1. Panen Telur
Apabila ingin memproduksi telur jangkrik, kita perlu, menyiapkan bahan-bahan sebagai berikut:
a. sebuah ayakan kasar,
b. sebuah ayakan tepung,
c. kain kaos,
d. tempat penyimpan telur,
e. sendok dari kardus.

Ambil kotak pasir yang berisi telur, kemudian saring dengan ayakan kasar (pelan-pelan). Sebagian telur akan terpisah atau tersaring pada ayakan. Letakkan pada kain kaos. Sebagian lagi akan lolos dan kita saring lagi dengan ayakan tepung sehingga telur-telur tidak ada yang lolos atau ikut bersama pasir.

2. Panen Anak Jangkrik (Telendo)
Apabila kita akan memanen anak jangkrik yang belum memiliki sayap atau jangkrik yang usianya ± 45 hari, langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah sebagai berikut:
a. ambil anak jangkrik dengan jaring ikan,
b. masukkan ke dalam karung plastik sambil dihitung,
c. beri makanan dan dedaunan kering ke dalam karung, dan
d. masukkan ke kardus yang sudah dilubangi.

Artikel Lain yang dapat anda baca di blog ini (klik untuk membacanya) :
Cara Ternak Lele
Cara Budidaya Ulat Jerman

Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui google plus [g+] dengan cara mengklik tombolnya di bagian bawah halaman ini. Trima kasih atas partisipasinya.

( Sumber Buku : Budi Daya Jangkrik, Penulis : P. P. Bayu S. )

Tonie - 2:16 AM

Cara Budidaya Ikan Patin Supaya Hasil Maksimal

Banyaknya permintaan masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional khususnya Negara Jepang terhadap kebutuhan ikan patin mendorong para peternak ikan di Indonesia mulai melirik Ikan berkumis ini, dan banyak dari mereka yang ingin mengetahui bagaimana cara budidaya ikan patin yang baik dan benar.


cara, budidaya, ikan, patin, beternakNamun dibalik peluang yang cukup menggiurkan itu ternyata tidak cukup mudah untuk beternak atau budidaya ikan patin ini supaya mendapat hasil yang maksimal.

Di blog ini kita akan coba membahas bagaimana cara budidya ikan patin walaupun isi blog ini tidak lengkap seutuhnya, namun tahapan-tahapannya bisa kita pelajari untuk mewujudkan hasil budidaya iakan patin yang maksimal.

1. Sumber Air
Air yang dapat digunakan untuk kegiatan pembenihan dapat berasal dari air tanah ataupun air irigasi yang bebas dari pencemaran.

Pada proses penetasan telur dan pendederan air yang digunakan harus menggunakan air sumur hal ini untuk menghindari adanya pencemaran dan timbulnya serangan penyakit dan jamur pada telur dan larva, sedangkan untuk perawatan induk dan pendederan benih dapat menggunakan air irigasi.

Perlakuan mutlak dilakukan baik untuk air tanah maupun air irigasi dengan melakukan metode pengendapan, filtrasi, dan aerasi . Hal ini diperlukan untuk mengurangi plastic tanah maupun pasir serta menambah kandungan oksigen kedalam air sebelum digunakan untuk media pemeliharaan ikan.

2. Lokasi
Pemilihan lokasi untuk pembenihan harus dilakukan. Hal ini terutama berhubungan dengan ketersediaan dan kualitas air, baik air tanah maupun air irigasi harus tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun.

Selain itu, lokasi unit pembenihan harus memiliki akses jalan yang baik untuk menunjang operasional kegiatan pembenihan dan pemasaran benih. Untuk menghindari musibah, lokasi unit pembenihan harus bebas dari banjir dan tanah longsor.
3. Peralatan yang diperlukan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pembenihan antara lain adalah sebagai berikut
v Hapa plastic
v Hapa penampungan
v Bak penampungan induk
v Seser halus (scope net)
v Pompa air
v Sistem aerasi
v Termometer
v Akuarium + Rak
v akuarium
v Bak / kolam pendederan
v Alat suntik (spuit)
v Kateter/ kanulator
v Timbangan
v Baskom
v Handuk / Sarung tangan
v Bulu ayam
v Corong penetasan telur
v Corong penetasan artemia
v Peralatan penunjang lainnya
v Water heater

4. Bahan yang diperlukan
Bahan yang digunakan pada kegiatan pembenihan antara lain adalah sebagai berikut
v Pakan Induk
v Pakan Benih
v Hormon Ovaprim
v Obat-obatan
v Artemia
v Sodium (NaCl 0,9%)
v Suspensi tanah merah
v Tissue
v Bahan penunjang lainnya

INDUK PATIN

1. Karakter Induk
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya di¬pelihara dulu secara khusus didalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein.

Contohnya dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%. Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.

Induk patin yang baik untuk dipijahkan adalah induk yang telah berumur antara 2,5 - 5 tahun dengan berat antara 3 - 6 Kg. Induk ukuran ini mudah ditangani, memerlukan sedikit lastic dan tingkat ovulasinya lebih , tinggi plasticm dengan induk yang lebih tua dan ber¬ukuran lebih besar.

Pemeliharaan induk jika memungkinkan dilakukan dalam beberapa kelompok dandiperlihara secara terpisah hal ini dimaksudkan agar dapat digunakan secara ber¬gantian. Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam tanah dan dapat juga menggunakan kolam tembok dengan kepadatan 3 - 5 ekor/ m2, kualitas air ideal untuk induk suhu antara 25 - 30 oC, pH 6,0 - 8,5 dan kandungan oksigen terlarut minimal 4 mg/L.

Selama pemberian pakan dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku makan ikan, warna dan kondisi air, kondisi kincir, aerasi dan memastikan kalau tidak ada ikan liar yang masuk kedalam kolam pemeliharaan induk. Pakan yang diberikan jangan terlalu banyak atau sampai tersisa karena akan menyebabkan turunnya kualitas air. 

Pola makan ikan terkadang tidak sama setiap harinya maka pakan yang diberikan harus dikontrol dan tercatat dengan baik baik waktu dan jumlah pemberian pakan serta jenis pakan yang diberikan. Pakan yang umum diberikan pada induk patin adalah pellet komersial dengan kadar protein 30 - 35 %. Jumlah pemberian pakan maksimum adalah 2 - 3 % dari, berat biomass dan diberikan 2 - 3 kali perhari pada pagi, sore dan atau malam hari.

PEMIJAHAN BUATAN DAN PENETASAN TELUR

1.a.  Persiapan Induk
Setelah diketahui jumlah induk yang direncanaan untuk disuntik maka 2 (dua) hari sebelum induk diseleksi induk dipuasakan terlebih dahulu. Jika I induk tidak di puasakan dan dipaksakan diseleksi maka akan dapat menyebabkan induk luka dan stress, yang akhirnya akan menyebabkan gagalnya ovulasi telur.

 b. Persiapan Alat dan Bahan
Langkah awal yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan adalah persiapan. Langkah-langkah dalam persiapan meliputi perencanaan, pengecekan kondisi peralatan pemberokan atau inkubasi induk, pendataan, pengecekan terhadap kesiapan dan kelayakan kondisi peralatan dan bahan yang akan digunakan.

2. Seleksi Induk
Pada umumnya, induk ikan betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan dengan induk jantan atau induk betina yang belum dewasa. Postur tubuh induk betina cenderung melebar dan pendek, perut) lembek, halus dan membesar kearah anus. Urogenital membengkak dan membuka serta benvarna merah tua. Sedangkan postur tubuh induk jantan plastic lebih langsing dan panjang, apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan putih kental (cairan sperma).

3. Penyuntikan Hormon
Hormon yang digunakan adalah ovaprim, standar dosis ovaprim yang diberikan untuk induk betina adalah 0,5 ml/kg sedangkan untuk induk jantan adalah 0,2 kg (bila diperlukan). Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali pada bagian intramuscular di punggung atas kanan/kiri sudut penyuntikan 45o, dengan interval waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6-12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian lagi diberikan pada penyuntikan 'kedua.

proses striping sampai memasukan telur kedalam corong penetasan harus dengan cepat dan lembut. Oleh karena itu persiapan peralatan harus dilakukan dengan teliti sebelum kegiatan pembenihan dimulai.
Setelah 6 (enam) jam setelah penyuntikan kedua di¬lakukan pengecekan terhadap induk betina dilakukan pengecekan terhadap induk betina apakah sudah ovulasi atau belum, langkah pertama yang dilakukan adalah pembiusan terhadap induk. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalarn proses pengecekan dan mengurangi tingkat stress pada ikan. Pembiusan dilakukan dengan menggunakan benzocaine dengan dosis 100 ppm.

Setelah induk terbius langkah selanjutnya adalah pengecekan ovulasi, ovulasi dilakukan dengan cara meng¬urut perut induk ikan dari arah perut ke lubang genital, langkah ini dilakukan dengan hati-hati, waktu striping yang tepat adalah pada saat telur keluar ketika dilakukan pemijatan yang lembut pada bagian perut dan jangan me¬lakukan pijatan yang keras atau dipaksakan.

5. Inseminasi Buatan
Pembuahan buatan dilakukan dengan cara men¬campur telur dan sperma dengan larutan sodium 0,9 % dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu ayam. Tujuan pencampuran larutan sodium ini adalah untuk mengencerkan sperma agar sperma dan telur dapat ter¬campur secara lebih merata.

Setelah diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah selanjutnya adalah pencampuran larutan  tanah merah yang berguna untuk menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna hingga telur tidak menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan larutan tanah merah pada telur dilakukan beberapa kali pembilasan menggunakan air bersih hingga telur bersih sempurna. Telur yang telah bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong penetasan.

Telur yang telah netes pada media akuarium, fiber ataupun bak haruslah di sipon atau dibersihkan dari kotoran yang berasal dari cangkang telur atau telur yang busuk dan tidak menetas. Ada hal yang hams diperhatikan yaitu ketika telur sudah menetas kita pun harus segera menyiapkan pakan, dimana pakan yang biasa diberikan adalah Artemia.

Larva dipelihara ania- 15 hari, hingga larva ikan akan mencapai ukuran 3/4 inchi. Larva ikan diberikan pakan naupli artemia dari umur 30 jam hingga 7 hari. Adapun f pada hari ke 8 hingga ke 15 larva diberi pakan cacing sutera. Suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan patin adalah antara 29-30oC.

Selama pemeliharaan larva dilakukan penyiponan sisa pakan dan faeces secara rutin, penambahan dan per¬gantian air dapat dilakukan setelah 4 hari pemeliharaan dan dilakukan secara rutin minimal setiap 2 hari sekali atau sesuai dengan kebutuhan.

Larva akan berangsur-angsur berubah menjadi benih pada umur sekitar 15 hari dan pada umur tersebut benih kemudian dipanen dan didederkan pada wadah yang lebih besar agar pertumbuhan benih lebih optimal. W—a-ha a perid—de eran'd'apit ierupa barsemen ataupun bak fiber hingga benih berukuran 2-3 inchi, seluruh kegiatan pemeliharaan larva hingga benih harus dicatat dan ter¬dokumentasi dengan baik, hal ini untuk menghitung biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi benih patin. Selain itu bertujuan untuk memudahkan dalam evaluasi apabila terjadi kendala dan masalah dalam proses pemeliharaan benih.

Persiapan Wadah Pemeliharaan

Wadah yang dapat digunakan untuk pemeliharaan larva yaitu akuarium, bak fiber, bak semen, atau bak kayu. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketinggian air media pemeliharaan larva sebaiknya tidak terlalu dalam atau tinggi, idealnya adalah 20-40 cm. bila terlalu tinggi akan menyulitkan larva dalam mengambil oksigen dari udara, karena ikan patin sesekali akan mengambil oksigen dari udara meskipun kandungan oksigen terlarut dalam air  cukup karena diberikan aerasi.

Sebelum digunakan untuk pemeliharaan larva, wadah dicuci dengan deterjen hingga bersih kemudian dibilas dengan desinfektan seperti klorin, kaporit atau PK, kemudian dibilas dengan air bersih dan dibiarkan kering. Setelah benar-benar kering wadah dapat diisi dengan air bersih sebagai media pemeliharaan larva, pengisian air dilakukan sehari sebelum larva akan ditebar, kedalam wadah ditambahkan aerasi.

Panen Benih

Setelah benih berumur 15 hari, ukuran benih sekitar 3/4 inci dan siap untuk dipanen. Setelah semua larva dipanen, dihitung survival rate (survival rate = jumlah benih yang hidup dibagi jumlah larva yang ditebar x 100), jumlah artemia dan cacing yang digunakan untuk melengkapi form pemeliharaan larva. Selanjutnya benih tersebut didederkan dikolam, bak semen atau bak kayu. Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak.

Anda dapat membaca artikel sebelumnya (klik untuk membacanya) :
Cara Budidaya Belut
Cara Budidaya Ikan Manfish


Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui google plus [g+] dengan cara mengklik tombolnya di bagian bawah halaman ini. Trima kasih atas partisipasinya.

( Sumber Buku : Jurus Tepat Budi Daya IKAN PATIN, Penulis : Siska Dewi )

Tonie - 12:58 AM