;

Saturday, May 17, 2014

Kandang Kambing Untuk Ternak Kambing

Saturday, May 17, 2014

Kandang Kambing

Kandang salah satu fasilitas tempat tinggal kambing yang sangat penting, sebab kandang kambing sangat berpengaruh bagi perkembangan kambing tersebut. Adapun beberapa fungsi kandang diantaranya :
  • Sebagai tempat bernaung di waktu  malam hari
  • Sebagai tempat berlindung dari gangguan panas matahari, hujan atau bila ada angin yang sangat kencang.
  • Untuk kambing itu sendiri, kandang merupakan tempat yang paling aman dan praktis buat melahirkan anak-anaknya.
  • Bisa juga kandang tersebut kita pergunakan untuk mengadakan perkawinan atau “pemacekan” kambing. Dengan demikian kambing-kambing itu akan dapat mengadakan perkawinan dengan rasa aman, dan
  • Dengan adanya kandang, bisa juga kita pergunakan untuk mengawasi kambing-kambing tersebut, apakah kambing itu sehat semua atau ada yang terjangkit sesuatu penyakit.
kandang kambing, ternak kambing, cara membuat kandang kambing, cara memelihara kambing, cara merawat kambing, cara ternak kambing, usaha ternak kambing, budidaya kambing


Karena kita telah mengetahui akan keperluan dan kepentingan kandang itu, selanjutnya perlu kita mengetahui bagaimanakah bentuk kandang kambing yang baik dan memenuhi syarat. Syaratnya antara lain kandang harus kita tempatkan ditempat yang menguntungkan bagi si kambing maupun buat kita yang memelihara. Artinya aman buat si kambing dan juga aman buat pemeliharanya.

Sedangkan bahan untuk membuat kandang kambing, bisa saja kita ambilkan dari bahan-bahan yang murah dan kalau perlu apa saja yang sudah tersedia di tempat. Misalkan ada kayu atau pun potongan-potongan bambu yang sudah tidak terpakai, asal saja masih kuat. Kayu atau pun bambu kita perlukan untuk membuat tiang, dinding, ataupun alasnya. Kalau atapnya sebaiknya kita pergunakan saja daun alang-alang yang telah dikeringkan dan diikat menjadi satu dengan bentuk pipih, kalau kita mau menghemat biaya, bila ada biayanya bisa juga kita pergunakan genting.

Telah kita ketahui dibagian depan, bahwa hewan kambing adalah binatang yang punya sifat lincah dan gairah hidupnya tinggi. Serta merupakan binatang yang suka mendaki, maka untuk membuatkan kandang harus kita sesuaika dengan sifat-sifatnya. Kandang tersebut haruslah kita buat agak tinggi. Misalnya saja setengah meter dari  permukaan tanah, dengan demikian maka kandang tersebut mempunyai kolong.

Untuk membuat kandang sehat, kandang itu harus kena sinar matahari. Sebaiknya sinar matahari dapat menerobos masuk kandang di waktu pagi. Hal yang harus diperhatikan, yaitu adanya pergantian udara dalam kandang dan kandang harus kuat menahan angin.

Kandang kambing ini memang dapat kita buat dengan system kandang tunggal atau pun system kandang ganda. Namun pembuatan kandang tersebut memang sebaiknya disesuaikan saja dengan berapa kambing yang kita pelihara.

Patokan - Patokan Membuat Kandang Kambing


1. Kandang kambing jantan
Untuk seekor kambing jantan memerlukan kandang seluas: 1 x 1,5 m.

2. Kandang kambing betina
Biasanya kandang kambing betina, akan dibuatkan untuk kandang betina yang besar dan bunting serta mempunyai anak satu,atau dua ekor. Untuk keperluan ini ukurannya adalah: 1 x 1,5 m. kalau hanya untuk keperluan kambing betinanya saja adalah : 0,8 x 1,5 m. kalau kita mau membuatkan kandang untuk 10 ekor kambing yang kita campur sekaligus, dapat dipergunakan ukuran 1,5 x 7,5 m atau minimal dapat pula dipergunakan ukuran 1,5 x 6 m.

3. Dinding 
Agar kambing kita tidak terkena angin yang kencang, sebaiknya unutk dindingnya dibuat secara tertutup. Untuk dinding kandang ini dapatlah kita buat dari bilik bamboo yang tebal atau pun dari papan. Yang penting kuat, sebab kambing suka membenturkan kepalanya ke dinding. Sedangkan untuk penyekat kandang, dapat kita pergunakan bambu yang dibelah-belah dan jarang jaraknya. 

Kalau yang untuk menghadap k etempat makanan, kita harus mengatur dengan jarak antara 20-25 cm. ini kita buat dengan maksud agar kepala kambing itu bisa keluar untuk mengambil makanannya. Kemudian kita juga harus membuatkan pintu yang besarnya relative, menurut kebutuhan. Usahakan pintu berada dibelakang. Selain membuatkan pintu kita harus membuatkan pintu kita harus membuatkan tangga untuk menopang kambing keluar masuk ke dalam kandang.

4. Tempat makanan
Rak tempat makanan harus kita tempatkan di tempatkan yang tidak mudah terkena sinar matahari ataupun kena hujan. Adapun besar kecilnya rak tempat makanan itu sebenarnya tidak ada patokannya, asal saja dapatmenampung makanan yang berupa rumput-rumputan untuk sehari penuh. Namun untuk para calon pemelihara yang belum berpengalaman, baiklah kita berikan saja pedoman sebagai berikut:

Bagian  dasar selebar 25 cm.
Bagian atasnya selebar 5-40 cm.
Dalam rak berantara 50 cm.
Jarak dengan lantai dapat setinggi 25 cm.
Bahan untuk tempat makanan ini dapat dibuat dari bamboo yang dianyam, denagn demikian tidak banyak makanan yang jatuh tercecer.

5. Lantai
Untuk pembuatan bahan lantai, seharusnya kita memilih bahan-bahan yang tehan terhadap air kencing. Paling baik kalau kita pergunakan bamboo-bambu yang telah tua atau bamboo-bambu yang telah kita rendam didalam air dalam waktu yang cukup lama. Supaya kotoran yang jatuh dilantai itu bisa keluar, maka kita harus mengatur antara bambu-bambu yang kita buta lantai itu dengan jarak antara 1-1,5 cm. 

Kemudian kandang  dibuat mempunyai kolong, maksudnya kalau kotoran yang jatuh kekolong itu berbau tak enak dan membuat kandang sendiri sehat kembali. Apalagi kalau terus setiap pagi kena sinar matahari. Tanah dibawah kolong itu, bisa berupa tanah biasa. Akan tetapi baik juga kalau dibuat semen plesteran dan diberi lubang sedalam 0,5 m untuk menampung kotoran-kotoran kambing. Setelah 3 bulan kotoran tersebut bisa diambil dan dipergunakan sebagai pupuk. Bila kita mengusahakan pertanian, pupuk tersebut dapat kita pakai sendiri. Kalau kita tidak mempunyai tanam-tanaman, pupuk tersebut bisa dijual.

6. Atap
Untuk atap ini kita harus mengusahakan agar supaya tidak bocor. Lalu kalau kita mempergunakan system kandang tunggal yang mempunyai rak tempat makanan diluar, maka kita harus juga nmengusahakan agar supaya rak makanan tersebut tidak terkena air.

Sebanarnya kalau kita akan membicarakan tentang kandang, semua itu hanyalah menurut selera sendiri. Berapa banyak kambing-kambing yang akan dipelihara, dan bentuk kandangnya dapat dirancang yang sesuai dengan kebutuhan.

Lalu yang penting pula untuk diketahui, memelihara pejantan kambing yang akan digunakan sebagai pemacek, haruslah dikandangkan tersendiri. Sebaiknya kambing jantan kandangnya diletakkan ditengah-tengah kambing betina yang telah dewasa. Dengan demikian baik kambing jantan maupun kambing-kambing betina masih terus mempunyai gairah nafsu seksual yang tinggi.

Setelah anda mengetahui informasi tentang cara membuat kandang kambing, selanjutnya anda dapat membaca postingan sebelumnya tentang panduan Ternak Kambing (klik untuk membacanya)

Sumber Buku : Cara Beternak KAMBING, Penerbit : Aneka ilmu
Sumber Gambar : http://kambingperahbandung.blogspot.com/

Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui google plus [g+] dengan cara mengklik tombolnya di bagian bawah halaman ini. Terima kasih atas partisipasinya.



Tonie - 12:37 AM

Wednesday, May 14, 2014

Kambing Etawa Dan Janis Jenis Kambing Lainnya

Wednesday, May 14, 2014

Bagi anda yang akan memulai ternak kambing ettawa, kacang, jawarandu, dll sebelumnya kita harus mengetahui akan asal-usul binatang itu sendiri terlebih dahulu dan beberapa jenis kambing yang dapat diternakan. Kambing yang dipelihara ole para peternak pada saat ini berasal dari kambing keturunan kambing gunung.

ternak kambing, kambing etawa, jenis jenis kambing, kambing ettawa, kambing jawarandu, usaha ternak kambing, cara beternak kambing, budidaya kambing, cara ternak kambing, kambing, kambing kacang
Kambing liar tersebut merupakan binatang yang penuh gairah hidup dan lincah serta mempunyai kesukaan mendaki. Para ahli juga menyatakan, bahwa ada  jenis kambing liar yang diduga sebagai cikal bakal atau nenek moyang dari seluruh jenis kambing liar yang diduga sebagai cikal bakal atau nenek moyang dari seluruh jenis kambing yang sekarang dipeliahar orang. 

Ketiga jenis kambing  liar tersebut adalah sebagai berikut.




Caprafalconen
Menurut penelitian Jenis kambing liar ini berasal dari daerah sepanjang pegunungan di Khmeer.

Capra-pasca
Kambing liar ini asalnya dari daerah sepanjang semenanjung Balkan.

Capra-Hircus atau Capra-Aegagrus
Sementara ahli mengatakan, kambing liar jenis ini berasal dari daerah Pakistan dan Turki.
Oleh karena adanya modifikasi (penyesuaian bentuk luar tubuh terhadap lingkungan), maka sekarang kita mengenal bentuk kambing seperti yang sering kita lihat dan pelihara. Sekarang ini, juga banyak dikenal sebagai kambing jenis susu dan jenis daging.

Sedangkan  kambing yang berada di Indonesia sekarang ini berasal dari:
Kambing asli yang diternakkan turun menurun;
Kambing impor yang diternakkan secara khusus, dan Perkawinan campuran antara kambing impor dengan kambing asli yang ada di Indonesia.

Jenis-jenis Kambing

Kambing jenis susu

a.  kambing Soanen
Adapun asal  dari kambing Soanen dari lembah Soanen di Swiss. Ciri-ciri dari kambing Soanen adalah sebagai berikut.
  • Secara umum berwarna putih dan krem.
  • Baik jantan maupun betinanya, tidak mempunyai tanduk.
  • Dahinya kelihatan lebar, telinganya sedang dan tegak.
  • Kakinya lurus dan kuat.
Untuk jenis kambing Soanen, seharinya bisa menghasilkan susu sebanyak 3-4 liter.

b . Kambing Toggenburg
kambing ini pun berasal dari Swiss, banayk terdapat di lembah Toggenburg.
Ciri-ciri dari jenis kambing ini adalah sebgai berikut.
  • Warnanya cokelat, biasanya pada kaki bagian bawah berwarna putih, dan begitu juga denagn bagian samping dari mukanya serta dibawah pangkal ekor.
  • Baik yang jantan maupun betina tidak mempunyai tanduk.
  • Telinganya agak besar dan berdiri tegak.
Untuk kambing jenis ini seharinya bisa mneghasilkan susu sebanyak 3-4 liter.

Kambing pedaging

a. Kambing jawarandu
kambing ini hasil persilangan antara kambing Kacangan dengan kambing Ettawa.jenis ini sampai sekarang banyak terdapat disepanjang pantai pesisir pulau Jawa.
Kambing jawarandu mempunyai sifat-sifat seperti kedua kambing yang menjadi ayah dan induknya, yaitu sifat kambing Ettawa dan Kacangan.

b. Kambing kacangan
kambing kacangan ini adalah kambing asli dari Indonesia, lincah, kecil, dan suka mendaki. Sedangkan kalau kita perhatikan warnanya, mempunyai warna yang tidak seragam. Banyak yang kita dapatkan berwarna hitam, putih, coklat, atau bahkan yang campuran. Karena bentuk kambing kacangan ini kecil, maka orang sering menyebutnay dengan nama kambing kerikil. Kambing jenis ini banyak terdapat di daerah-daerah pegunungan terutama di Pulau Jawa.

Adapun cirri-ciri dari kambing kacangan ini adalah:
  • Kepalanya kelihatan ringan dan telinganya pendek;
  • Pertumbuhan tanduknya tidak subur, tanduk kambing kacangan yang jantan panjangnya± 10 cm, dan betinanya bertanduk ±3 cm;
  • Antara pangkal tanduk berjarak ±3 cm; dan
  • Rambut pada kambing betinanya agak pendek, sedangkan untuk yang jantan agak panjang.
c. Kambing Ettawa
Untuk jenis kambing ini berasal dari daerah Jumnapari India. Dinas peternakan di Indonesia telah memperkenalkan jenis kambing ini kepada masyarakat, dengan maksud untuk memperbaiki kambing-kambing di Indonesia telah memperkenalkan jenis kambing ini kepada masyarakat, denagn maksud untuk memperbaiki kambing-kambing di Indonesia. Yaitu dengan cara mengawinkan dengen jenis kambing Kacangan. Karena kambing Ettawa ini dipakai sebagai bibit, maka haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu sebelum dipilih sebagai pejantan atau induk bibit unggul.

Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.
  • Bentuknya harus besar dan baik
  • Kepalanya harus tegak, badannya kuat, dan kenyal.
  • Hidungnya melengkung, telinganya panjang dan menggantung. Dapat pula disertai denagn ujung telinga sedikit menonjol keatas.
  • Panjang telinga kambing jantannya dapat mencapai 27 cm. Sedangkan panjang telinag betinanya bisa mencapai 25 cm. Lebar telinga kambing jantan bisa mencapai 8 cm-13,5 cm. kemudian lebar telinga betinanya bisa mencapai 8cm-13,5 cm. kemudian lebar telinga betinanya bisa mencapai 7,5-10 cm.
  • Kakinya panjang dan tegak, kemudian pada kaki bagian belakang sering ditumbuhi dengan bulu-bulu.Bulu itu kelihatan panjang. Selain dikaki, bulu yang panjang itu pun sering terlihat di ekornya.
  • Kulitnya mudah lepas kalau ditarik, tetapi kemudian cepat pula kembali lagi seperti semula.
  • Tinggi punggung pada kambing jantan yang berumur 2 tahun dapat mencapai antara 90-105 cm. Tinggi punggung buat betina yang berumur 3 tahun antara 75-85 cm.
  • Panjang badannya lebih pendek sedikit apabila dibandingkan dengan tinggi punggung, dan ini hanya berkisar selisih 5 cm
  • Warna kambing pada umumnya belang-belang hitam putih, merah ataupun bisa juga cokelat putih.
  • Untuk jenis kambing ini selain dipelihara untuk diambil dagingnya, juga bisa diambil susunya, dengan produksi seharinya 3 liter.
d. Kambing kosta
Jenis kambing ini berasal dari Persia. Karena bentuknya besar maka jenis ini banyak terdapat dikota-kota besar seperti  Jakarta, Semarang, Bandung, dan Surabaya. Diternakkan khusus untuk diambil dagingnya.
Cirri-ciri dari jenis kambing Kosta ini adalah:

  • Tanduknya pendek dan telinganya panjang, dan
  • Profil lurus ataupun kalau berlekuk-lekuk, maka lekuk itu sangat sedikit. Sedangkan yang dimaksud dengan profil adalah garis lurus yang ditarik dari tengah-tengah antara dua tanduk ke tengah-tengah hidung.

Kambing jenis bulu

Untuk keperluan ini biasanya diambilkan dari Kambing Angora. Kambing Angora sendiri ini berasal dari daerah Turki.
Adapun bentuk-bentuk umum yang menjadi cirri-ciri kambing Angora adalah sebagai berikut:
  • Warnanya putih atau bisa juga berwarna krem
  • Baik yang jantan maupun yang betina selalu mempunyai tanduk.
  • Telinganya rebah namun tidak selalu mempunyai tanduk
  • Bulunya sangat tebal dan panjang, sering dikenal dengan nama istilah Mohar. 
  • Berat badannya dapat mencapai 80 kg.
Kambing jenis ini biasanya diternakkan untuk diambil bulu-bulunya, karena selain bisa dibuat permadani, sebagai bahan wool yang sangat terkenal didunia. Bahkan kalau di Australia, untuk jenis kambing ini dipelihara sampai puluhan ribu dipadang rumput yang terbuka. Hingga tidak mengherankan bila Negara tersebut dapat menghasilkan produksi wool yang baik dan terkenal diseluruh dunia.

Jenis-jenis Kambing di atas sebetulnya hanya sebagian contoh yang ada di indonesia, karena sebetulnya jeni-jenis kambing di seluruh dunia ini sangat banyak lagi jenisnya.

Untuk selanjutnya silahkan baca / klik di sini cara Ternak Kambing

Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui google plus [g+] dengan cara mengklik tombolnya di bagian bawah halaman ini. Terima kasih atas partisipasinya.


Sumber Buku : Cara Beternak KAMBING, Penerbit : Aneka ilmu
Sumber Gambar : http://farmbusinessideas.blogspot.com/



Tonie - 4:07 AM

Friday, May 2, 2014

Tempat dan Media Budidaya Ternak Cacing Tanah

Friday, May 2, 2014

Bagi anda yang akan memulai ternak atau budidaya cacing tanah mungkin belum mengetahu apa saja median atau tempat yang bisa dipergunakan untuk ternak cacing tanah ini, untuk itu kita langsung saja lihat di bawah ini untuk lebih jelasnya.

Media ternak cacing, media budidaya cacing, media budidaya cacing tanah, cacing tanah, budidaya cacing tanag, budidaya cacing, ternak cacing
Wadah pemeliharaan adalah bak yang dapat diisi sarang (media) dimana cacing tanah dapat hidup dan berkembang biak di tempat tersebut.



Ada dua pilihan dalam membuat bahan bak, yakni:

1. Bak permanen
Bak ini dapat dibuat dari bahan bata merah/batako, semen, pasir.  Bentuknya bisa seperti kolam ikan atau bak mandi. Ukurannya tergantung keinginan kita, karena tidak ada patokan ukuran yang pasti. Jadi akan lebih baik disesuaikan tersedianya tempat yang dimiliki. Namun dari hasil pengamatan para  peternak menggunakan ukuran panjang 2,5 meter. Lebar 75-100 cm dan tinggi 30 cm. Bak ukuran tersebut untuk menampung 1000 sampai 2000 ekor bibit cacing tanah dewasa atau sekitar satu setengah kilogram cacing.

2. Bak semi permanen
Dalam pembuatan bak ini dapat menggunakan bahan dari ember plastic, besek, papan kayu, tong, dan lain-lain. Bila menggunakan ember plastik, pilih yang bentuknya oval ukuran 50 x 40 x 25 cm (pxlxt), dan diisi sarang atau media setinggi 15-20 cm. demikian pula apabila menggunakan bahan dari besek dapat memilih ukuran seperti tersebut atau tergantung dari ukuran yang sudah tersedia ditoko/warung penjual besek. 

Khusus bahan dari papan kayu ukurannya tergantung selera masing-masing. Setiap ember plastik ataupun besek ukuran tersebut diatas menampung ±1/2 (setengah) ons bibit cacing tanah.

Bahan bak seperti ember, besek maupun papan kayu kemudian ditempatkan diatas rak tersusun dari kayu reng. Sehingga dapat menghemat tempat, mudah dipindah-pindah tempatnya. Untuk meletakkan rak tersebut dapat menggunakan atau memanfaatkan tempat kosong dalam ruangan  rumah, gudang, garasi yang tidak terpakai.

Bahan media (sarang)

Media atau sarang untuk cacing tanah dibuat dari berbagai macam bahan. Sarang atau media ini selain berfungsi sebagai tempat hidup dan berkembang biak juga sebagai sumber makanan. Oleh karena itu semakin banyak bahan yang digunakan semakin sedikit makanan yang diberikan.

Bahan-bahan sarang atau media yang baik adalah kotoran ternak, serbuk gergaji, jerami (padi, jagung), sekam, dedak, serutan kayu, rumput atau daun-daun kering, lumpur selokan, ampas tebu, kompos, dsb. Satu bahan yang harus ada adalah kapur tembok, untuk bak ukuran 1 x 2,5 x 0,3 meter diperlukan 0,5 kg kapur. Serbuk gergaji, sekam dan jerami dapat saling mengganti atau diperlukan salah satu. Bahan ini berfungsi untuk menjaga porositas sarang.

1. Syarat media yang baik adalah sbb:

- Mempunyai daya serap air yang tinggi
- Selalu gembur dan tidak menjadi padat
- Jika diharapkan sebagai sumber makanan, janagn terlalu tinggi kadar proteinnya.
- Jangan mengandung tanah permukaan.

2. Contoh formula bahan sarang atau media:

- Serbuk gergaji/sekam/jerami : 60%
- Dedak padi         : 10%
- Kotoran ternak (ayam) : 10 %
- Daun-daun/rumput kering : 20%

3. Atau dapat menggunakan formula sbb:

- Serbuk gergaji : 60%
- Daun-daun kering : 10%
- Dedak padi  : 10%
- Kotoran ayam : 10%
- Lumpur selokan : 10%

Cara mengolah bahan media

  1. Bahan-bahan yang panjang seperti jerami, rumput atau daun-daun kering terlebih dahulu dicincang halus
  2. Semua bahan kecuali kotoran ternak atau kompos, diaduk rata masukkan pada suatu tempat dan diberi air secukupnya. Setiap seminggu sekali campuran ini diaduk dan diberi air secukupnya. Setelah matang (kira-kira 1 bulan) dicampur dengan bahan diatas (no.2). perbandingan 70% untuk bahan campuran, 30% kotoran ternak. Kemudian ditambahkan kapur tembok secukupnya.
  3. Di tempat lain, bahan berupa kotoran ternak atau kompos setiap seminggu sekali diaduk dan diberi air secukupnya. Setelah matang (kira-kira 1 bulan) dicampur denagn bahan diatas (no.2). Perbandingan 70% untuk bahan campuran, 30% kotoran ternak.kemudian ditambahkan kapur tembok secukupnya.
  4. Semua campuran tersebut dibiarkan selama 24 jam, kemudian dimasukkan ke dalam bak yang telah disediakan.
Sumber Buku : Budidaya CACING TANAH LUMBRICUS RUBELLUS, Penerbit CV. ANEKA Solo
Sumber Gambar : http://jacksonville.com/

Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui google plus [g+] dengan cara mengklik tombolnya di bagian bawah halaman ini. Terima kasih atas partisipasinya.


Tonie - 2:40 AM

Thursday, May 1, 2014

Cara Ternak Budidaya Cacing Tanah Lumbricus Rubellus

Thursday, May 1, 2014

Tahap awal untuk melakukan ternak atau budidaya cacing tanah lumbricus rubellus kita harus menyediakan media atau sarang untuk bibit cacing, media perlu diukur PH tanah dengan kertas lakmus dan suhu dengan thermometer, untuk mengetahui ukuran PH dan suhu silahkan lihat di sini tempat hidup cacing, apabila alat pengukur tidak ada kita dapat melakukan pengetesan media dengan cara yang sangat sederhana, yaitu, masukkan bibit sedikit demi sedikit, antara 5-10 ekor bibit. 

cacing tanah, budidaya cacing, budidaya cacing tanah, ternak cacing tanah, cara budidaya cacing tanah, cara budidaya cacing lumbrecus, cara ternak cacing, budi daya cacing, cacing lumbrecus rubellus
Bila media atau sarang tersebut memenuhi syarat, tidak mengandung bahan beracun, zat-zat kimia yang tidak disukai cacing atau PH-nya terlalu tinggi atau terlalu rendah maka cacing tidak akan mau bersarang dan akan tetap berada dipermukaan media. Untuk mengetahui media yang memenuhi syarat untuk hidup cacing silahkan baca di sini media untuk cacing.

Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya media yang demikian diproses lagi (disiram air dan disaring, sampai tidak ada air yang berwarna cokelat menetas). Ingat media harus selalu dalam keadaan basah tetapi tidak tergenang air. Bila tidak, harus dibuatkan kembali media yang baru. 

Untuk mengetahui apakah media sudah memenuhi syarat atau belum bila dalam waktu 12 jam cacing tetap tenang di dalam media, itu menandakan bahwa cacing tetap betah dan cocok hidup di media tersebut. Kemudian hamparkan bibit cacing yang lain secara merata di atas media. Setelah itu tutup bak-bak tersebut dengan menggunakandaun pisang, kertas Koran atau plastik, yang bertujuan untuk mengurangi penguapan dan sinar matahari.

Setiap bak berupa ember plastik atau besek berukuran 50 x 40 x 30 cm dapat menampung kurang lebih 1 ons bibit cacing atau sekitar 100-130 ekor bibit. Sebagai perbandingan, dari referensi sebuah media (Koran) seorang peternak menebarkan bibit cacing tanah sebanyak 0,50 kg untuk bak ukuran 1 meter persegi.

Pakan Cacing Tanah

Walaupun media atau sarang juga berfungsi sebagai sumber makanan akan tetapi dengan berkembangnya cacing perlu juga diberi makan tambahan dan perlu diperhatiakn bahwa cacing tanah adalah binatang yang senang makanan yang ada dipermukaan sarangnya. Cacing tanah menghabiskan   makanan sama dengan berat badannya dalam 24 jam. 

Porsi makanan yang diberikan menggunakan pola makanan sama dengan berat badan cacing dalam 24 jam, jika dalam satu bak terdapat 1 ons cacing, maka porsi makanan adalah 1 ons dalam 24 jam. pemberian pakan diusahakan dalam bentuk larutan/bubur, dengan perbandingan air: makanan = 1 : 1.
Selama sarang atau media tersebut masih memenuhi syrata sebagai sumber makanan, makanan tambahan tidak perlu diberikan. Tetapi biasanya setelah 1 (satu) bulan, diberikan pakan tambahan.

Pemberian makanan, yang paling ekonomis adalah pemberian makanan yang berupa sampah organic atau sampah dapur, kotoran ternak (ayam, sapi, kerbau, kelinci). Kotoran yang dipakai untuk pakan sebaiknya yang sudah matang, karena kotoran yang masih segar masih mengalami proses penguraian sehingga masih panas. Perlu didiamkan beberapa hari dulu supaya menjadi matang. Dianjurkan memberikan makanan secara bertahap, jangan sekaligus. Karena bila terlalu banyak bisa menyebabkan temperature menjadi naik dan cacing tanah bisa mati.

Untuk produksi kokon (telur), pakan yang diberikan dapat berupa satu macam kotoran hewan yang sudah matang tanpa campuran apapun atau kotoran hewan dengan kompos hijau (dari tanaman atau daun-daunan) denagn perbandingan 30:70.

Untuk menghasilkan cacing tanah yang gemuk, maka pakan harus terdiri atas kotoran hewan dicampur kompos hijauan dengan perbandinagn 2:1 atau dapat juga diberikan kompos hijauan dengan bubur kertas bekas, denagn perbandingan 1 : 1.

Untuk meningkatkan kualitas cacing, bahan makanan bisa ditambahkan dari campuran dedak atau konsentrat yang juga dihancurkan. Makanan ini perlu dihancurkan agar bercampur dengan media (lapisan) yang menjadi tempat berkembangnya cacing.

Yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah adalah sebagai berikut:


  • Pakan yang berupa kotoran ternak dimasukkan ke dalam wadah kemudian dicampur dengan air dan diaduk sehingga hancur berupa bubur.
  • Bubur pakan ditaburkan merata tipis-tipis diatas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 cm dari tepi wadah/bak tidak ditaburi pakan.
  • Seluas yang ditaburi pakan ditutupi dengan plastik atau pelepah pisang yang tidak tembus cahaya.
  • Lakukan pemeriksaan besoknya, apakah pakan itu habis dimakan atau tidak. Untuk pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa terlebih dahulu harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
  • Pekerjaan pemberian pakan, dilakuakn tiap hari sampai cacing tanah itu dipanen

Perkembangbiakkan Cacing Tanah

Cacing tanah adalah hewan yang memiliki dua kelamin dalam satu tubuh, jantan dan betina (hermaphrodite), akan tetapi tak dapat membuahi dirinya sendiri. Pembuahan tidak akan terjadi tanpa adanya bantuan cacing lain. Perkawinan dilakukan dengan cara meletakkan bagian belakang denagn posisi yang saling berlawanan dan diperkuat dengan seta.  

Pada saat itu klitelium (alat kelamin) masing-masing mengeluarkan lendir untuk melindungi spermatozoa yang dihasilkan oleh alat kelamin jantan masing- masing spermatozoa lalu masuk kedalam kantung penampung sperma dari pasangannya, selanjutnya membentuk selubung cocon (telur cacing) yang bergerak ke arah mulut.

Pada waktu melalui lubang penampungan sperma masuklah spermatozoa ke dalam cocon dan terjadilah pembuahan, selubung cocon harus bergerak ke arah mulut hingga terlepas dari cacing tanah dan membentuk cocon. Cocon kemudian dilatakkan di tempat yang lembab dan akan menetas dalam waktu 14-21 hari kemudian.

Setiap cocon menghasilkan antara 4-7 ekor cacing. Cacing tanah menjadi dewasa setelah berumur 2-3 bulan dan siap berkembang biak. Setiap 7-10 hari cacing tanah akan menghasilkan 1-2 cocon. Diperkirakan seekor cacing tanah akan menghasilkan 1000 ekor anak dalam setahun. Dari beberapa referensi menyebutkan perkembangbiakkan cacing tanah yang diternakkan relative lebih produktif, berbeda dengan  di alam bebas, yang banyak mengalami gangguan binatang lain.

Cara Pemeliharaan Cacing Tanah

Cacing tanah merupakan binatang yang takut akan sinar, karena itu wadah berupa bak harus ditempatkan pada tempat yang teduh dan jika perlu ditutup, terutama pada siang hari. Apabila menggunakan bak permanen  sebaiknya pembuatan bak ditempat teduh, misalnya dibawah pohon dan diberi pelindung atap genteng, supaya tidak kena hujan dan sinar matahari langsung.

Di dalam pemeliharaan, sarang atau media cacing tanah harus dijaga kelembapannya, dengan cara diperciki air setiap hari. Penyiraman diupayakan agar air tidak tergenang dan setelah itu bak-bak selelu ditutup dengan daun pisang., plastik kertas Koran atau karung goni yang telah dibasahi. Disamping itu, pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah menghindarkan cacing dari gangguan binatang seperti semut, cecak, tikus, lintah, kecoa, dll. 

Dengan penyiraman dan penggemburan dapat menghindarkan cacing dari gangguan tersebut, atau bak-bak dapat ditutup denagn kasa yang halus. Bila menggunakan bak dari ember plastic, besek yang berada di rak tersusun, untuk menghindari semut, kaki rak diberi tatakan (mangkok, yang diisi olie, air atau serbuk kapur anti semut).

Setelah dua minggu dari masa peletakkan pertama, induk-induk cacing dipindahkan ke media lain sambil menanti kokon-kokokn itu menetas.  Begitu juga setiap 2 minggu berikutnya, induk-induk cacing yang sudah bertelur dipindahkan ke media lain. Perlakuan ini juga untuk anak-anak cacing yang telah berusia 3,5 bulan dan mulai bertelur. Cara memindahkan induk cacing bisa denagn cara langsung mengaduk-ngaduk media dalam “kandang”, bisa juga dengan meletakkan makanan di salah satu sudut kandang hingga induk cacing akan mudah berkumpul dan mudah dipindahkan.

Selama masa pemeliharaan, cacing-cacing itu dibagi dalam beberapa fase.

Fase pertama  : perkembangan , dimulai sejak kokon (telur) menetas menjadi anak cacing hingga usia 2,5 bulan atau 3,5 bulan. Pada usia ini cacing bisa dijual untuk indukan atau bibit.
Fase kedua: usia 4 sampai 7 bulan, yang merupakan masa produktif cacing menghasilkan kokon.
Fase ketiga : usia 7 bulan ke atas, yang sudah tidak produktif lagi.

Cacing-cacing dalam ketiga fase itu semuanya laku dijual dan tentu saja harganya berbeda-beda. Cacing pada fase pertama, biasanya dikonsumsi oleh para peternak cacing untuk  dijadikan indukan. Sedangkan cacing usia fase kedua, lebih banyak dikonsumsi untuk pabrik obat. Dan cacing usia fase ketiga dipakai untuk makanan (pellet) ikan lele. Kalau untuk campuran bahan kosmetik, biasanya dimabil dari usia 4 bulan ke atas, karena kadar crude oil-nya cukup baik.

Hama Cacing Tanah

Selain pemeliharaan  yang telah diuraikan diatas, ada satu hal yang tidak kalah penting adalah pemeliharaan untuk menghindari cacing dari hewan pengganggu,  seperti kodok, ayam, tikus, semut, kelabang, lintah dan lain-lain. Hama – hama tersebut dapat menghabiskan cacing-cacing atau kokon yang ada denagn berbagai cara, sehingga dapat menggagalkan usaha budidaya ini.

Kodok/katak
Salah satu makanan yang  disukai katak adalah cacing, yang perlu diwaspadai apabila ruangan yang digunakan untuk beternak dihalaman yang menggunakan landing dari bak tembok, untuk mencegah agar katak tidak dapat meloncat masuk kandang, sebaiknya kandang diberi tutup kawat kassa dengan lubang yang agak lebar, supaya sirkulasi udara kandang tetap terjaga, tetapi katak tidak dapat masuk ke dalam bak. Berbeda hal nya, bila menggunakan ruangan ( iin door), hal ini kemungkinan katak masuk rumah/ruangan sangat kecil.

Ayam
Demikian pula perlakuan untuk menghindari agar ayam tidak dapat masuk kandang cacing, untuk bak permanen yang tentu saja mudah bagi ayam untuk memangsa cukup aman bagi ayam untuk bisa mengganggu.

Tikus
Baik lokasi ternak diluar maupun didalam ruangan, kedua-duanya sangat memungkinkan bagi tikus, yang merupakan salah satu musuh cacing tanah ini, untuk lokasi yang ada didalam ruangan, denagn system rak susun, paling tidak akan terhindar dari seranagn tikus, namun perlu juga dipuyakan dipinggir-pinggir lantai ruangan bisa ditaburkan kamper/kapur barus, dengan bau kamper dapat menghindari adanya tikus. Usaha lain dapat memasang perangkap tikus dari bahan lem atau jepitan tikus, atau bisa juga menggunakan serbuk racun tikus.

Semut 
Predator yang satu ini, memiliki kelebihan pada penciuman, sehingga apabila ada bau cukup merangsang bagi penciuman semut, dalam waktu yang singkat, semut-semut akan berdatangan. Namun usaha pencegahan terhadap semut ini, relative gampang, yakni dengan cara setiap kaki rak susun diberi tatakan plastic kenudian di isi olie atau bisa menggunakan solar, minyak goring.

Kelabang atau lintah
Untuk menghindari hewan pengganggu seprti kelabang dan lintah, dapat diusahakan dengan cara sering menyirami media, dan bila perlu diatas media diberi daun tembakau.

Sumber Buku : Budidaya CACING TANAH LUMBRICUS RUBELLUS, Penerbit CV. ANEKA Solo
Sumber Gambar : http://www.celagrid.org

Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui google plus [g+] dengan cara mengklik tombolnya di bagian bawah halaman ini. Terima kasih atas partisipasinya.



Tonie - 7:36 PM

Jenis Jenis Cacing Tanah Dan Tempat Hidupnya

Para ahli sampai saat ini, belum ada kesepakatan ada beberapa jenis khususnya cacing tanah yang hidup dibumi ini. Kendati inventarisasi dan klasifikasi jenis, sudah dilakukan bertahun-tahun, tapi jumlah yang pasti  masih dilacak. Masalahnya berbeda dengan makhluk hidup lain yang tampak di permukaan tanah.

jenis cacing tanah, cacing tanah, cacing lumbricus, cacing lumbricus rubellus, budidaya cacing, ternak cacing, klasifikasi cacing tanahDari referensi diperoleh data ada beberapa jenis cacing tanah di antaranya : terseteris, rubellus, philipines worm. L castaneus, subrubicunde, caliinosa, chlorotica, mamalis, cyneum, feotoida, rosea. Longa, noctuma, javanica, malaccus.

Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain malacus dan Rubellus. Kedua jenis cacing tanah ini menyukai bahan organic yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih, jumlah segmen yang dimiliki 90-195 dan klitelumnya terletak pada segmen 27 sampai 32. Di alam biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya kecil. Namun bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau malah melebihi jenis lain.

Cacing tanah lumbricus adalah kelompok cacing yang termasuk di dalam family lumbricidae yang mendominasi hampir separuh dari spesies cacing tanah yang telah diketahui. Kelompok cacing ini memegang peranan penting dalam banyak bidang, diantaranya dunia pertanian, lingkungan hidup dan peternakan.

Di antara spesies-spesies dari family lumbricidae, yang dikenal adalah lumbricus rubellus, lumbricus tersestis, lumbricus mallacus dan eisenia foetida. Cacing tanah jenis lumbricus rubellus memiliki warna tubuh merah kecokelat-cokelatan, panjangnya sekitar 2-5 inch. Kelebihan dari cacing ini adalah tidak berbau, cepat berkembang biak, tumbuh subur dan mudah beradaptasi dengan berbagai media yang dipergunakan. Cacing tanah jenis lumbricus rubellus ini apabila dimasukkan ke dalam tumpukan sisa organic akan mempercepat penguraian volume sampah dan mempercepat pengomposan.


Tempat Hidup Cacing Tanah

Tempat hidup cacing tanah adalah tanah yang gembur, tempat yang lembap dan gelap, terhindar dari sinar matahari. Oleh karena itu cacing tanah banyak kita jumpai di kebun-kebun yang penuh dengan daun-daun di sekitar kandang ternak, dibawah pohon pisang, dibawah tumpukan sampah, dsb. Cacing tanah lebih aktif dimalam hari, berkeliaran dari satu tempat ke tempat-tempat yang lain. Dengan demikian dalam upaya membudidayakan cacing tanah yang pertama harus dilakukan ialah lingkungan yang sesuai dengan habitatnya. Yang dimaksud lingkungan yang baik adalah kondisi media/sarana memenuhi persyaratan, antara lain sbb:

Kelembaban

Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi dengan normal, bila udara terlalu kering akan merusak keadaan kulit cacing tanah tersebut. Tetapi bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah akan segera lari mencari tempat pertukaran udaranya lebih baik, karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas bukan dari oksigen yang ada dalam air. Kelembaban yang baik untuk perkembangbiakkan cacing tanah berkisar antara 15-30%.

Keasaman/ph

Untuk pertumbuhan yang baik bagi cacing tanah, maka diperlukan keasaman/ph tanah antara 6,0-7,2. Keasaman yang tinggi mengakibatkan cacing akan mati.

Temperature /suhu

Suhu yang terlalu rendah maupun suhu yang terlalu tinggi akan mempengaruhi proses fsiologi seperti pernapasan, pertumbuhan, perkembang-biakkan dan methabolisme. Suhu yang hangat akan menyebabkan telur cacing tanah akan cepat menetas. Suhu yang ideal adalah 15-25%C.

Sumber Buku : Budidaya CACING TANAH LUMBRICUS RUBELLUS, Penerbit CV. ANEKA Solo
Sumber Gambar : http://www.dailymail.co.uk/

Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui google plus [g+] dengan cara mengklik tombolnya di bagian bawah halaman ini. Terima kasih atas partisipasinya.

Tonie - 7:28 AM